|
PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Mill.)
YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS TYLCV (TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS)
LAPORAN
Oleh:
SRI
EBENEZER BR PANGGABEAN
140301202
AGROEKOTEKNOLOGI – IV B
LABORATORIUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN – SUB PENYAKIT
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman
tomat (Solanum lycopersicon Mill.) merupakan
salah satu komoditas sayuran penting karena kandungan gizinya yaitu protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, dan mineral. Permintaan tomat cenderung meningkat dari waktu ke
waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi tomat di beberapa negara
dan meningkatnya jumlah penduduk (Sudiono, dkk., 2004).
Tomat
telah lama dibudidayakan oleh petani Indonesia, baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Tomat dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik, sentra pertanaman tomat di
Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Luas panen pertanaman tomat pada tahun 2010
secara nasional mencapai 60.154 ha dengan produksi total sebesar 891,61 t (Badan Pusat Statistik, 2010).
Epidemi
penyakit virus merupakan kendala dalam meningktakan produksi tomat di dunia
termasuk Indonesia. Sudah terdapat lebih dari 30 virus yang menyerang tanaman
tomat sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Virus yang sudah
menyerang tanaman tomat di Indonesia ada 5 virus, yaitu tobacco mosaic virus
(TMV), cucumber mosaic virus (CMV), potato virus Y (PVY), potato virus X (PVX),
dan tomato ringspot virus (TRSV) dan gemini virus
(Sudiono, dkk., 2004).
(Sudiono, dkk., 2004).
Kendala
utama budidaya tomat ialah adanya serangan patogen dan salah satunya ialah
virus tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) yang termasuk ke dalam kelompok
Gemini virus. TYLCV mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting, baik di daerah
tropik maupun subtropik karena merupakan salah satu penyebab utama penurunan
produksi tanaman. Kehilangan hasil akibat serangan TYLCV tercatat di berbagai
negara dengan kisaran 50–80%, bahkan dapat mencapai 100%. Gejala serangan
berupa tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun
kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna
kuning. Penularan TYLCV dibantu oleh vektor yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci). Satu ekor kutu kebul yang viruliferus sudah dapat
menularkan virus TYLCV. Penyebaran TYLCV tidak hanya terjadi dengan kontak
antartanaman, hal ini karena virus tidak dapat ditularkan secara mekanis dan
juga tidak ditularkan melalui biji (Gunaeni dan Purwati, 2013).
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut
Steenis (2005), tanaman tomat memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom :
Plantae; Divisio: Spermatophyta; Divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae;
Ordo : Solanales; Famili : Solanaceae; Genus : Solanum; dan Spesies : Solanum lycopersicon Mill.
Tanaman
tomat berbentuk perdu atau semak dengan tinggi bisa mencapai 2 meter. Tanaman
ini termasuk tanaman semusim (annual) yang berarti memiliki siklus hidup yang
singkat dan umurnya hanya untuk satu kali periode panen,
yaitu sekitar 4 bulan. Tanaman ini
akan mati setelah berproduksi (Vika, 2013).
Akar
tanaman tomat adalah sistem perakaran tunggang. Akarnya memiliki percabangan
dan ada akar serabutnya berwarna keputih-putihan. Akar tanaman tomat berfungsi
untuk menopang berdirinya tanaman di bagian atas dan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman (Tjitrosoepomo, 2007).
Batang
tanaman tomat berwarna hijau berbentuk persegi empat sampai bulat. Permukaan
batang ditumbuhi banyak rambut halus terutama dibagian yang berwarna hijau.
Pada buku batang terdapat penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah
terdapat akar pendek
(Simamora, 2011).
(Simamora, 2011).
Daun
tomat punya bentuk yang khas. Daun tomat berbentuk oval, bergerigi, dan
mempunyai celah yang menyirip. Daun tomat berwarna hijau dan memiliki bulu. Ukuran
daunnya 20 – 3- cm dan lebar 15 – 20 cm (Sagala, 2009).
Biji
tomat berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Biji tomat berwarna
putih, dan ada yang putih kekuningan, hingga kecokelatan. Biji tomat umumnya
dipergunakan untuk perbanyakan tanaman (Siregar, 2004).
Buah
tomat adalah buah buni. Pada saat masih muda berwarna hijau dan berbulu serta
relatif keras. Saat sudah tua akan berwarna meraj muda, merah atau kuning,
cerah dan mengkilat serta relatif lunak.Bentuk buah tomat ada yang lonjong,
oval, pipih, dan bulat dengan diameter 2 – 15 cm (Saragih, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah hujan yang dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar
750 - 1.250 mm/tahun atau 100 – 200 mm per bulan (Supriyadi, 2010).
Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah hujan yang dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar
750 - 1.250 mm/tahun atau 100 – 200 mm per bulan (Supriyadi, 2010).
Curah
hujan berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di
daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak
hujan) juga dapat menghambat persarian. Curah hujan yang diperlukan tanaman
tomat dalam sehari minimal 8 jam (Gafur, dan Maskar, 2006).
Kekurangan
sinar matahari dapat menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik
parasit maupun non-parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan
vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara
yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14
jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per
jam (Hasudungan, 2011).
Tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh pada
segala jenis tanah. Tanah yang berpasir, hingga liat sangat sesuai untuk
pertumbuhan dari keladai. Namun untuk produksi yang tinggi, tanaman tomat
mengehndaki tanah liat, atau yang gembur dan memiliki drainase yang baik
(Supriyadi, 2010).
Tanaman tomat sangat peka sekali
terhadap zat-zat makanan kelebihan ataupun kekurangan termasuk unsur nitrogen. Tomat
menghendaki tanah yang gembur dan kaya humus. Keasaman tanah yang cocok untuk budidaya
tomat
antara
6,0 – 7,0 (Gafur, dan Maskar, 2006).
Jika tekstur tanah terlalu liat,
strukturnya perlu diperbaiki. Cara untuk memperbaiki struktur tanah yang agak
liat adalah dengan pemberian pupuk kandang atau pupuk kompos. Takarannya adalah
20 – 3 ton per hektar
(Siregar, 2004).
(Siregar, 2004).
Biologi Patogen
Menurut
Vika (2013), TYLC (Tomato Yellow Leaf Curl Virus) termasuk Group: ssDNA (single
stranded DNA); Genus Begomovirus; Famili: Geminiviridae dan Spesies: Tomato
Yellow Leaf Curl Virus.
TYLCV memiliki ukuran tubuh yang
isometris, dengan diamter 20 nm. Genom telah ditemukan mengandung lingkaran
untaian tunggal DNA. DNA nya telah terbukti bipartit. Panjang DNA nya adalah
2800 nukleotida. DNA dari beberapa strain telah diurutkan (Data Sheets on
Quarantine Pests, 2015).
TYLCV mempunyai DNA untai tunggal
dengan panjang kira-kira 2.8 kb dengan dua open reading frame (ORFs) pada
virion sense yaitu V2 dan coat protein (CP), dan 4 ORFs pada complementary
sense yaitu protein yang berhubungan dengan replikasi (Rep), protein aktivator
transkripsi (TrAP), protein yang meningkatkan replikasi (REn), dan C4, yang
dipisahkan oleh intergenic region (IR) yang panjangnya kira-kira 300 nts
(Campos et al., 2002). Coat protein geminivirus merupakan faktor penentu yang
diperlukan untuk pemerolehan dan penularan virus oleh serangga vektor
(Vika,2013).
PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Mill.)
YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS TYLCV ( YELLOW LEAF CURL VIRUS)
TYLCV
dapat menyebar melalui vektor Bemisia
tabaci dan bibit
tomat yang masih muda. Hal ini sesuai dengan literatur
Data Sheets on Quarantine Pests (2015) yang menyatakan bahwa TYLCV hanya dapat berpindah dan menyebar melaluivektor Bemisia tabaci yang tersebar di lapang produksi dan melalui bibit tomat yang muda yang siap tanam.
tomat yang masih muda. Hal ini sesuai dengan literatur
Data Sheets on Quarantine Pests (2015) yang menyatakan bahwa TYLCV hanya dapat berpindah dan menyebar melaluivektor Bemisia tabaci yang tersebar di lapang produksi dan melalui bibit tomat yang muda yang siap tanam.
Dilapangan di temui bahwa gejala serangan berupa tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna kuning. Daun yang sudah terinfeksi menangkup ke bawah, dan pada tahap selanjutnya daun berkembang menunjukkan jelas klorosis dan cacat. Efek pada buah-buahan tergantung pada umur tanaman saat terinfeksi. Jika terinfeksi awal, tanaman kehilangan kemampuan dan berhenti memproduksi buah. Hal ini sesuai dengan literatur Gunaeni dan Purwati (2013) yang menyatakan bahwa gejala yang ditimbulakan akibat serangan TYLC yaitu berupa tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna kuning.
Gejala serangan TYLCV tidak konsisten sebab dipengaruhi dengan seiring meningkatnya umur tanaman, tetapi ada pula yang menurun karena jumlah dan ukuran daun bertambah, sehingga berpengaruh terhadap keparahan gejala. Hal ini sesuai dengan literatur Gunaeni dan Purwati (2013) yang menyatakan bahawa bertambahnya jumlah dan ukuran daun dapat memengaruhi skoring gejala, sehingga secara langsung memengaruhi besar kecilnya intensitas serangan.
. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai kelebihan dibandingkan pengendalian secara kimiawi. Hal ini sesuai dengan literatur Gunaeni dan Purwati (2013) yang menyatakan bahwa usaha pengendalian yang banyak dilakukan terhadap vektor virus menggunakan insektisida kurang efektif menekan serangan penyakit tersebut. Penanaman varietas tahan tidak hanya mampu mengurangi kerugian oleh patogen tetapi juga mengurangi biaya penggunaan insektisida dan menghindari kontaminasi lingkungan dengan bahan kimia beracun.
Langkah-langkah
pengendalian virus TYLCV dapat dilakukan dengan memilih tanggal penanaman yang
tepat, menghapus sumber primer dan sekunder vektor dan menggunakan benih unggul
dan sehat serta tomat transgenik
dengan protein kapsid. Hal ini sesuai dengan litearatur
Data Sheets on Quarantine Pests (2015) yang menyatakan bahwa langkah-langkah pengendalian virus TYLCV termasuk pilihan penanaman tanggal untuk menghindari periode populasi whitefly tinggi, penghapusan sumber virus primer atau sekunder, dan penggunaan transplantasi sehat serta menggunakan tomat transgenik dengan protein kapsid dari TYLCV resisten terhadap virus.
dengan protein kapsid. Hal ini sesuai dengan litearatur
Data Sheets on Quarantine Pests (2015) yang menyatakan bahwa langkah-langkah pengendalian virus TYLCV termasuk pilihan penanaman tanggal untuk menghindari periode populasi whitefly tinggi, penghapusan sumber virus primer atau sekunder, dan penggunaan transplantasi sehat serta menggunakan tomat transgenik dengan protein kapsid dari TYLCV resisten terhadap virus.
Untuk
mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat TYLCV ini, diperlukan deteksi sejak
dini sehingga bisa meningkatkan produksi tomat dimasa mendatang. Hal ini sesuai
dengan literatur Sudiono, dkk. (2004) yang menyatakan bahwa deteksi virus sejak
dini merupakan salah satu strategi pengendalian preventif yang baik.
KESIMPULAN
1. Penyakit
tanaman tomat daun menguning dan keriting disebabkan oleh virus TYLCV (Tomato
Yellow Leaf Curl Virus) yang dibawa oleh patogen kutu kebul (Bemisia tabaci)
2. Gejala
serangan : tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak
daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa
warna kuning, daun yang sudah terinfeksi menangkup
ke bawah, dan pada tahap selanjutnya daun berkembang menunjukkan jelas klorosis
dan cacat.
3. Gejala
TYLV tidak konsisten karena bertambahnya jumlah dan ukuran daun dapat
memengaruhi skoring gejala, maka secara langsung memengaruhi besar kecilnya
intensitas serangan.
4. Penggunaan
varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai kelebihan
dibandingkan pengendalian secara kimiawi.
5. Pengendalian
virus TYLCV dapat dilakukan dengan memilih tanggal penanaman yang tepat,
menghapus sumber primer dan sekunder vektor, menggunakan benih unggul dan sehat
serta tomat transgenik dengan protein
kapsid yang resisten terhadap TYLCV.
6. Deteksi
virus sejak dini merupakan salah satu strategi pengendalian preventif.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Tomat
Nasional. Diakses dari http://bps.go.id
pada 15 Juni 2015.
Data Sheets on Quarantine Pests. 2015. Tomato Yellow
Leaf Curl Bigeminivirus. EPPO Quarantine
Pest.
Gafur, S., dan Maskar. 2006. Budidaya Tomat.
Departemen Pertanian. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, Sulawesi Tengah.
Gunaeni, N., dan Purwati, E. 2013. Uji Ketahanan
terhadap Tomato Yellow Leaf Curl Virus
pada Beberapa Galur Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Hasudungan, J. W. 2001. Pengendalian Biologi
Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada
15 Juni 2015.
Sagala, A. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tomat (Solanum lycopersicum
Mill.) dengan Pemberian Unsur Hara
Makro – Mikro dan Blotong. Diakses
dari http://usu.repository.ac.id pada 15 Juni 2015.
Saragih, W. C. Respon Pertumbuhan Tomat (Solanum lycopersicum Mill.)Terhadap Pemberian
Pupuk Phospat dan Berbagai Bahan Organik. Diakses
dari http://usu.repository.ac.id pada
15 Juni 2015.
Simamora, D. 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat. Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada
14 Juni 2015.
(Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat. Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada
14 Juni 2015.
Siregar, D. A. 2004. Uji Hasil Beberapa Varietas
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.) Terhadap Pemberian GA3.
Diakses dari http://usu.repository.ac.id
pada 15 Juni 2015.
Sudiono, Sri, H. H., Rusmilah, S., dan Soemartono,
S. 2004. Penggunaan Teknik PCR dan RFLP
untuk Deteksi dan Analisis Keragaman Virus Gemini pada Tanaman Tomat yang Berasal dari Berbagai Daerah di Jawa Barat dan Lampung. Diakses dari
http://litbang.pertanian.go.id pada 15 Juni 2015.
Supriyadi, A. 2010. Pengembangan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Bersertifikat di UPTD BP2TPH
Ngipiksari, Kaliurang, Yogyakarta. Diakses
dari http://digilib.uns.ac.id pada 15 Juni 2015.
Steenis, V. G. G. G. J. 2005. Flora. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi dan Taksonomi
Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.
Vika, T. O. 2013. Pemuliaan Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum L.) Tahan Serangan Tomato
Yellow Leaf Curl (TYLCV). Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.