Kamis, 21 Januari 2016

PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Mill.) YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS TYLCV (TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS)


PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Mill.) YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS TYLCV (TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS)


LAPORAN


Oleh:
SRI EBENEZER BR PANGGABEAN
140301202
AGROEKOTEKNOLOGI – IV B








LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN – SUB PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015



PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Tanaman tomat (Solanum lycopersicon Mill.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting karena kandungan gizinya yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Permintaan tomat cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi tomat di beberapa negara dan meningkatnya jumlah penduduk (Sudiono, dkk., 2004).
            Tomat telah lama dibudidayakan oleh petani Indonesia, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tomat dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik, sentra pertanaman tomat di Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Luas panen pertanaman tomat pada tahun 2010 secara nasional mencapai 60.154 ha dengan produksi total sebesar 891,61 t (Badan Pusat Statistik, 2010).
            Epidemi penyakit virus merupakan kendala dalam meningktakan produksi tomat di dunia termasuk Indonesia. Sudah terdapat lebih dari 30 virus yang menyerang tanaman tomat sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Virus yang sudah menyerang tanaman tomat di Indonesia ada 5 virus, yaitu tobacco mosaic virus (TMV), cucumber mosaic virus (CMV), potato virus Y (PVY), potato virus X (PVX), dan tomato ringspot virus (TRSV) dan gemini virus
(Sudiono, dkk., 2004).
            Kendala utama budidaya tomat ialah adanya serangan patogen dan salah satunya ialah virus tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) yang termasuk ke dalam kelompok Gemini virus. TYLCV mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting, baik di daerah tropik maupun subtropik karena merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi tanaman. Kehilangan hasil akibat serangan TYLCV tercatat di berbagai negara dengan kisaran 50–80%, bahkan dapat mencapai 100%. Gejala serangan berupa tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna kuning. Penularan TYLCV dibantu oleh vektor yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci). Satu ekor kutu kebul yang viruliferus sudah dapat menularkan virus TYLCV. Penyebaran TYLCV tidak hanya terjadi dengan kontak antartanaman, hal ini karena virus tidak dapat ditularkan secara mekanis dan juga tidak ditularkan melalui biji (Gunaeni dan Purwati, 2013).

                       
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
            Menurut Steenis (2005), tanaman tomat memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio: Spermatophyta; Divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Solanales; Famili : Solanaceae; Genus : Solanum; dan Spesies : Solanum lycopersicon Mill.
            Tanaman tomat berbentuk perdu atau semak dengan tinggi bisa mencapai 2 meter. Tanaman ini termasuk tanaman semusim (annual) yang berarti memiliki siklus hidup yang singkat dan umurnya hanya untuk satu kali periode panen,
yaitu sekitar 4 bulan. Tanaman ini akan mati setelah berproduksi (Vika, 2013).
            Akar tanaman tomat adalah sistem perakaran tunggang. Akarnya memiliki percabangan dan ada akar serabutnya berwarna keputih-putihan. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman di bagian atas dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Tjitrosoepomo, 2007).
            Batang tanaman tomat berwarna hijau berbentuk persegi empat sampai bulat. Permukaan batang ditumbuhi banyak rambut halus terutama dibagian yang berwarna hijau. Pada buku batang terdapat penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar pendek
(Simamora, 2011).
            Daun tomat punya bentuk yang khas. Daun tomat berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daun tomat berwarna hijau dan memiliki bulu. Ukuran daunnya 20 – 3- cm dan lebar 15 – 20 cm (Sagala, 2009).
            Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Biji tomat berwarna putih, dan ada yang putih kekuningan, hingga kecokelatan. Biji tomat umumnya dipergunakan untuk perbanyakan tanaman (Siregar, 2004).
            Buah tomat adalah buah buni. Pada saat masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras. Saat sudah tua akan berwarna meraj muda, merah atau kuning, cerah dan mengkilat serta relatif lunak.Bentuk buah tomat ada yang lonjong, oval, pipih, dan bulat dengan diameter 2 – 15 cm (Saragih, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
           
Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah hujan yang dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar
750 - 1.250  mm/tahun atau 100 – 200 mm per bulan (Supriyadi, 2010).
            Curah hujan berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian. Curah hujan yang diperlukan tanaman tomat dalam sehari minimal 8 jam (Gafur, dan Maskar, 2006).
            Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non-parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam (Hasudungan, 2011).
Tanah
            Tanaman tomat dapat tumbuh pada segala jenis tanah. Tanah yang berpasir, hingga liat sangat sesuai untuk pertumbuhan dari keladai. Namun untuk produksi yang tinggi, tanaman tomat mengehndaki tanah liat, atau yang gembur dan memiliki drainase yang baik (Supriyadi, 2010).
            Tanaman tomat sangat peka sekali terhadap zat-zat makanan kelebihan ataupun kekurangan termasuk unsur nitrogen. Tomat menghendaki tanah yang gembur dan kaya humus. Keasaman tanah yang cocok untuk budidaya tomat
antara 6,0 – 7,0 (Gafur, dan Maskar, 2006).
            Jika tekstur tanah terlalu liat, strukturnya perlu diperbaiki. Cara untuk memperbaiki struktur tanah yang agak liat adalah dengan pemberian pupuk kandang atau pupuk kompos. Takarannya adalah 20 – 3 ton per hektar
(Siregar, 2004).
Biologi Patogen
            Menurut Vika (2013), TYLC (Tomato Yellow Leaf Curl Virus) termasuk Group: ssDNA (single stranded DNA); Genus Begomovirus; Famili: Geminiviridae dan Spesies: Tomato Yellow Leaf Curl Virus.
            TYLCV memiliki ukuran tubuh yang isometris, dengan diamter 20 nm. Genom telah ditemukan mengandung lingkaran untaian tunggal DNA. DNA nya telah terbukti bipartit. Panjang DNA nya adalah 2800 nukleotida. DNA dari beberapa strain telah diurutkan (Data Sheets on Quarantine Pests, 2015).
            TYLCV mempunyai DNA untai tunggal dengan panjang kira-kira 2.8 kb dengan dua open reading frame (ORFs) pada virion sense yaitu V2 dan coat protein (CP), dan 4 ORFs pada complementary sense yaitu protein yang berhubungan dengan replikasi (Rep), protein aktivator transkripsi (TrAP), protein yang meningkatkan replikasi (REn), dan C4, yang dipisahkan oleh intergenic region (IR) yang panjangnya kira-kira 300 nts (Campos et al., 2002). Coat protein geminivirus merupakan faktor penentu yang diperlukan untuk pemerolehan dan penularan virus oleh serangga vektor (Vika,2013).
PENYAKIT TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Mill.) YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS TYLCV ( YELLOW LEAF CURL VIRUS)
            TYLCV dapat menyebar melalui vektor Bemisia tabaci dan bibit
tomat yang masih muda. Hal ini sesuai dengan literatur
Data Sheets on Quarantine Pests (2015) yang menyatakan bahwa TYLCV hanya dapat berpindah dan menyebar melaluivektor Bemisia tabaci yang tersebar di lapang produksi dan melalui bibit tomat yang muda yang siap tanam.
               Dilapangan di temui bahwa gejala serangan berupa tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna kuning. Daun yang sudah terinfeksi menangkup ke bawah, dan pada tahap selanjutnya daun berkembang menunjukkan jelas klorosis dan cacat. Efek pada buah-buahan tergantung pada umur tanaman saat terinfeksi. Jika terinfeksi awal, tanaman kehilangan kemampuan dan berhenti memproduksi buah. Hal ini sesuai dengan literatur Gunaeni dan Purwati (2013) yang menyatakan bahwa gejala yang ditimbulakan akibat serangan TYLC yaitu berupa tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna kuning.
               Gejala serangan TYLCV tidak konsisten sebab dipengaruhi dengan seiring meningkatnya umur tanaman, tetapi ada pula yang menurun karena jumlah dan ukuran daun bertambah, sehingga berpengaruh terhadap keparahan gejala. Hal ini sesuai dengan literatur Gunaeni dan Purwati (2013) yang menyatakan bahawa bertambahnya jumlah dan ukuran daun dapat memengaruhi skoring gejala, sehingga secara langsung memengaruhi besar kecilnya intensitas serangan.
               . Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai kelebihan dibandingkan pengendalian secara kimiawi. Hal ini sesuai dengan literatur Gunaeni dan Purwati (2013) yang menyatakan bahwa usaha pengendalian yang banyak dilakukan terhadap vektor virus menggunakan insektisida kurang efektif menekan serangan penyakit tersebut. Penanaman varietas tahan tidak hanya mampu mengurangi kerugian oleh patogen tetapi juga mengurangi biaya penggunaan insektisida dan menghindari kontaminasi lingkungan dengan bahan kimia beracun.
            Langkah-langkah pengendalian virus TYLCV dapat dilakukan dengan memilih tanggal penanaman yang tepat, menghapus sumber primer dan sekunder vektor dan menggunakan benih unggul dan sehat serta tomat transgenik
dengan protein kapsid. Hal ini sesuai dengan litearatur
Data Sheets on Quarantine Pests (2015
)  yang menyatakan bahwa langkah-langkah pengendalian virus TYLCV termasuk pilihan penanaman tanggal untuk menghindari periode populasi whitefly tinggi, penghapusan sumber virus primer atau sekunder, dan penggunaan transplantasi sehat serta menggunakan tomat transgenik dengan protein kapsid dari TYLCV resisten terhadap virus.
            Untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat TYLCV ini, diperlukan deteksi sejak dini sehingga bisa meningkatkan produksi tomat dimasa mendatang. Hal ini sesuai dengan literatur Sudiono, dkk. (2004) yang menyatakan bahwa deteksi virus sejak dini merupakan salah satu strategi pengendalian preventif yang baik.
           

KESIMPULAN
1.      Penyakit tanaman tomat daun menguning dan keriting disebabkan oleh virus TYLCV (Tomato Yellow Leaf Curl Virus) yang dibawa oleh patogen kutu kebul (Bemisia tabaci)
2.      Gejala serangan : tanaman kerdil, arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil, mengerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna kuning, daun yang sudah terinfeksi menangkup ke bawah, dan pada tahap selanjutnya daun berkembang menunjukkan jelas klorosis dan cacat.
3.      Gejala TYLV tidak konsisten karena bertambahnya jumlah dan ukuran daun dapat memengaruhi skoring gejala, maka secara langsung memengaruhi besar kecilnya intensitas serangan.
4.      Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai kelebihan dibandingkan pengendalian secara kimiawi.
5.      Pengendalian virus TYLCV dapat dilakukan dengan memilih tanggal penanaman yang tepat, menghapus sumber primer dan sekunder vektor, menggunakan benih unggul dan sehat serta tomat transgenik  dengan protein kapsid yang resisten terhadap TYLCV.
6.      Deteksi virus sejak dini merupakan salah satu strategi pengendalian preventif.


DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Tomat Nasional. Diakses dari http://bps.go.id pada 15 Juni 2015.

Data Sheets on Quarantine Pests. 2015. Tomato Yellow Leaf Curl Bigeminivirus. EPPO Quarantine Pest.

Gafur, S., dan Maskar. 2006. Budidaya Tomat. Departemen Pertanian. Balai   Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Tengah.

Gunaeni, N., dan Purwati, E. 2013. Uji Ketahanan terhadap Tomato Yellow Leaf Curl Virus pada Beberapa Galur Tomat. Balai Penelitian Tanaman  Sayuran

Hasudungan, J. W. 2001. Pengendalian Biologi Nematoda Puru Akar  (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).  Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada 15 Juni 2015.

Sagala, A. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) dengan Pemberian Unsur Hara Makro – Mikro dan  Blotong. Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada 15 Juni 2015.

Saragih, W. C. Respon Pertumbuhan Tomat (Solanum lycopersicum Mill.)Terhadap Pemberian Pupuk Phospat dan Berbagai Bahan Organik.  Diakses dari    http://usu.repository.ac.id pada 15 Juni 2015.

Simamora, D. 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat. Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada
            14 Juni 2015.

Siregar, D. A. 2004. Uji Hasil Beberapa Varietas Tanaman Tomat (Lycopersicum   esculentum Mill.) Terhadap Pemberian GA3. Diakses dari http://usu.repository.ac.id pada 15 Juni 2015.

Sudiono, Sri, H. H., Rusmilah, S., dan Soemartono, S. 2004. Penggunaan Teknik   PCR dan RFLP untuk Deteksi dan Analisis Keragaman Virus Gemini pada Tanaman Tomat yang Berasal dari Berbagai Daerah di Jawa Barat dan Lampung. Diakses dari http://litbang.pertanian.go.id pada 15 Juni 2015.

Supriyadi, A. 2010. Pengembangan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Bersertifikat di UPTD BP2TPH Ngipiksari, Kaliurang, Yogyakarta. Diakses dari http://digilib.uns.ac.id pada 15 Juni 2015.

Steenis, V. G. G. G. J. 2005. Flora. Pradnya Paramita, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.

Vika, T. O. 2013. Pemuliaan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.) Tahan     Serangan Tomato Yellow Leaf Curl (TYLCV). Fakultas Pertanian     Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.